Mikel Arteta mengatakan tim terbaiknya kalah setelah Arsenal tersingkir di semifinal Liga Champions. Paris Saint-Germain menang 2-1 pada Selasa malam lewat gol dari Fabian Ruiz dan Achraf Hakimi untuk melengkapi kemenangan agregat 3-1 dan melaju ke final melawan Inter Milan di Munich pada 31 Mei. GOAL WIN, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
The Gunners mengawali laga dengan cepat di ibu kota Prancis ketika kiper PSG Gianluigi Donnarumma melakukan dua penyelamatan gemilang dari upaya Gabriel Martinelli dan Martin Odegaard dalam 10 menit pertama.
Donnarumma juga melakukan penyelamatan gemilang dengan ujung jarinya untuk menggagalkan upaya Bukayo Saka sebelum Vitinha gagal mengeksekusi penalti pada menit ke-69 akibat handball Myles Lewis-Skelly yang diberikan melalui tinjauan VAR.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Kontroversi dan Perbedaan Pendapat Pelatih
Pernyataan Arteta bahwa “tim terbaik kalah” memicu perdebatan. Luis Enrique, pelatih PSG, dengan sopan tidak sependapat. “Mikel Arteta adalah teman baik, tapi saya tidak setuju. Yang penting adalah kami mencetak lebih banyak gol,” tegasnya. Meski mengakui Arsenal bermain bagus, Enrique yakin kemenangan PSG adalah hasil yang adil.
Gelandang Arsenal Declan Rice juga menyayangkan peluang yang terbuang. “Jika salah satu peluang awal kami menjadi gol, permainan bisa berubah total,” ujarnya. Ia mengakui dua kesalahan defensif menjadi titik balik yang mahal. Namun, Rice tetap bangga dengan usaha tim meski akhirnya gagal melaju.
Kekalahan ini menambah catatan buruk Arsenal di semifinal kompetisi besar. Sejak 2021, mereka telah gagal melaju dari empat semifinal (Liga Europa, dua kali Piala Carabao, dan Liga Champions). Arteta mengaku bangga dengan performa tim, tapi juga frustrasi karena belum bisa membawa Arsenal kembali ke puncak.
Baca Juga: Lionel Messi dan Luis Suarez Absen Latihan, Inter Miami Incar Perubahan
Refleksi dan Pelajaran untuk Arsenal
Arteta menyoroti mentalitas pemain yang terus berkembang meski harus menelan kekalahan. “Saya melihat betapa mereka menginginkannya. Mereka menangis setelah pertandingan,” katanya. Hal ini menunjukkan betapa ambisi tim untuk meraih trofi besar semakin kuat.
Rice meyakini kegagalan kali ini justru akan membuat Arsenal lebih tangguh. “Terkadang Anda harus kalah beberapa kali untuk menang. Ini bagian dari proses menjadi lebih kuat secara mental,” ujar gelandang Inggris itu. Ia yakin pengalaman pahit ini akan menjadi pelajaran berharga bagi perkembangan tim di masa depan.
Arsenal juga harus menghadapi kenyataan bahwa mereka belum memenangkan trofi dalam lima musim terakhir. Namun, dengan fondasi tim yang semakin matang dan pemain-pemain berkualitas, optimisme untuk meraih gelar musim depan tetap tinggi.
Masa Depan Arsenal di Kompetisi Eropa
Kegagalan di Liga Champions bukanlah akhir dari perjalanan Arsenal. Tim asal London Utara ini masih memiliki banyak potensi untuk bersaing di level tertinggi. Dengan pemain muda berbakat seperti Saka, Martinelli, dan Rice, Arsenal bisa membangun tim yang lebih kompetitif.
Arteta menegaskan bahwa timnya akan belajar dari pengalaman ini. “Kami harus bangkit dan kembali lebih kuat,” ujarnya. Target utama sekarang adalah memastikan Arsenal tetap konsisten di Liga Premier dan kembali bersaing di Liga Champions musim depan.
PSG mungkin lolos ke final, tapi perlawanan sengit Arsenal membuktikan bahwa mereka bukan lawan yang mudah. Jika bisa mempertahankan performa dan menambah kedalaman skuad, bukan tidak mungkin Arsenal akan menjadi penantang serius di kompetisi Eropa musim depan. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik goal-win.com.